Melayani dengan Ramah,
Santun dan Senyum

TBC (Tuberkulosis)

Sumber Data World Health Organization (WHO) Tahun 2022 tentang Tuberculosis (TBC)      
Penulis : Divisi PKRS

Hallo Sahabat Panglima! Tuberculosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di banyak negara, termasuk Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian, penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, langkah pencegahan penyakit TBC serta komplikasi dari TBC.

 

Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah sebuah kondisi infeksi serius yang bisa menyerang berbagai organ tubuh, namun biasanya paru-paru adalah organ yang paling sering terinfeksi.

Jika obat yang diberikan tidak bekerja dengan baik atau tubuh resisten terhadap obat yang digunakan, penyakit  ini berubah menjadi tuberkulosis resistensi obat (MDR-TB atau XDR-TB).

 

Penyebab Tuberkulosis

 

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang dapat menyebar dari orang ke orang melalui droplet udara. Penularan ini bisa terjadi ketika seseorang dengan tuberkulosis aktif dan tidak ditangani batuk atau bersin, dan juga saat orang tersebut tertawa, meludah, menyanyi, dan sebagainya.

Setiap orang bisa terinfeksi oleh tuberkulosis. Namun ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang penularan, seperti :

·         Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada orang dengan HIV/AIDS, diabetes, jenis kanker tertentu, pengobatan kanker seperti kemoterapi, gizi buruk, dan lain-lain.

·         Penggunaan narkoba ilegal.

·         Penggunaan tembakau.

·         Akses kesehatan yang kurang.

·         Tinggal di tempat dengan tingkat kepadatan tinggi atau ventilasi kurang.

·         Perjalanan ke tempat dengan tingkat kejadian tuberkulosis tinggi.

 

Gejala Tuberculosis

 

Walaupun bakteri penyebab tuberkulosis bisa ada dalam tubuh, biasanya sistem kekebalan tubuh bisa mencegah seseorang jatuh sakit. Oleh karena itu, dokter biasanya membedakan antara tuberkulosis laten dan tuberkulosis aktif.

Pada tuberkulosis laten, seseorang mengidap infeksi tuberkulosis, namun bakteri tersebut berada dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif dan tanpa menunjukkan gejala.

Tuberkulosis laten, juga dikenal sebagai tuberkulosis tidak aktif atau infeksi tuberkulosis, tidak menular. Namun, kondisi ini bisa berubah menjadi tuberkulosis aktif yang dapat menularkan bakteri ke orang di sekitarnya.

 

Tanda dan gejala dari tuberkulosis aktif adalah:

·         Batuk berkelanjutan selama tiga minggu atau lebih.

·         Batuk darah.

·         Nyeri dada, atau nyeri saat bernapas atau batuk.

·         Penurunan berat badan yang tidak disengaja

·         Kelelahan

·         Demam.

·         Keringat malam.

·         Menggigil.

·         Penurunan nafsu makan.

Tuberkulosis juga bisa menyerang bagian tubuh lain, termasuk ginjal, tulang belakang, atau otak. Saat tuberkulosis menyerang paru-paru, tanda dan gejala bisa berbeda tergantung organ yang terlibat. 

Misalnya, tuberkulosis yang menyerang tulang belakang bisa menyebabkan nyeri punggung, dan tuberkulosis yang menyerang ginjal bisa menyebabkan adanya darah dalam urine.

 Diagnosis Tuberculosis

Untuk mendiagnosis tuberkulosis, beberapa langkah dan pemeriksaan umumnya dilakukan, antara lain:

  • Wawancara Medis: Dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan, dan kemungkinan paparan terhadap orang lain yang mungkin menderita tuberkulosis.

·         Tes Tuberkulin (TST atau Mantoux): Pada tes ini, protein tuberkulosis disuntikkan ke lapisan bawah kulit di lengan. Jika muncul benjolan merah setelah 2-3 hari, itu bisa menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis.

·         Tes Darah (IGRA): Tes darah, seperti QuantiFERON-TB Gold In-Tube test atau T-SPOT.TB test, juga dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi tuberkulosis.

·         Pemeriksaan Dahak: Sampel dahak dapat diperiksa di laboratorium untuk mengetahui adanya bakteri tuberkulosis.

·         Foto Rontgen Dada: Gambaran X-ray dada dapat menunjukkan perubahan atau kerusakan pada paru-paru yang dapat disebabkan oleh tuberkulosis.

·         Pemeriksaan Lanjutan: Jika diagnosis belum jelas atau tuberkulosis di luar paru-paru dicurigai, pemeriksaan tambahan seperti CT scan, biopsi, atau kultur bakteri dapat dilakukan.

Penting untuk mencatat bahwa pemeriksaan dan pengobatan untuk tuberkulosis harus selalu diawasi oleh tenaga medis yang berkompeten.

 

Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan untuk tuberkulosis biasanya memerlukan konsumsi antibiotik dalam jangka waktu yang lama, biasanya selama enam bulan atau lebih. Beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan tuberkulosis meliputi:

  1. Isoniazid
  2. Rifampin (Rifadin, Rimactane)
  3. Ethambutol (Myambutol)
  4. Pyrazinamide

Untuk memastikan bakteri telah sepenuhnya hilang, penting untuk mengambil semua obat yang diresepkan dan untuk tidak berhenti minum obat lebih awal meski gejala telah membaik. 

Jika pengobatan tidak diikuti dengan benar, bakteri tuberkulosis bisa menjadi resisten terhadap obat, sehingga pengobatan menjadi lebih sulit.

 

Pencegahan Tuberkulosis

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah tuberkulosis:

  1. Vaksinasi: Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin) biasanya diberikan kepada anak-anak di negara-negara dengan tingkat kejadian TB tinggi. Vaksin ini tidak selalu efektif dalam mencegah TB, namun bisa melindungi anak-anak dari bentuk TB yang parah.
  2. Pencegahan penyebaran: Jika Anda menderita TB, Anda dapat mencegah penyebarannya dengan memakai masker saat berada di antara orang lain selama tahap awal pengobatan, serta menjaga lingkungan sekitar bersih dan terlindung dari penularan.
  3. Tes tuberkulosis rutin: Jika Anda berada di risiko tinggi terkena TB (misalnya, karena pekerjaan atau kondisi kesehatan tertentu), melakukan tes tuberkulosis secara rutin dapat membantu mendeteksi penyakit ini lebih awal.

Komplikasi Tuberkulosis

Jika tidak ditangani dengan tepat, tuberkulosis bisa menyebabkan komplikasi serius, termasuk:

  1. Kerusakan paru-paru: TB bisa menyebabkan skar atau lubang di paru-paru, yang bisa menyebabkan masalah pernapasan jangka panjang.
  2. Penyakit sistemik: TB bisa menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Ini bisa menyebabkan berbagai masalah, termasuk kerusakan ginjal dan tulang belakang, serta TB milier (TB yang menyebar ke banyak bagian tubuh).
  3. Resistensi obat: TB yang resisten terhadap obat (MDR-TB atau XDR-TB) adalah masalah global yang serius. Ini terjadi ketika bakteri TB menjadi resisten terhadap satu atau lebih obat yang biasanya digunakan untuk mengobatinya, membuat pengobatan menjadi lebih sulit.
  4. Meningitis TB: Jika TB menyebar ke otak, itu bisa menyebabkan meningitis TB, yang merupakan kondisi medis yang darurat.

Jika Anda merasa mengalami gejala yang disebutkan di atas, atau ada keluarga yang memiliki tanda tuberkulosis yang telah dijelaskan, segera konsultasi ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. 

 

TBC adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati jika dideteksi sejak dini dan diobati dengan benar. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gejala, cara penularan, dan pentingnya kepatuhan pengobatan, kita dapat mengurangi beban penyakit TBC di masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai Indonesia bebas TBC.