RSUD PANGLIMA SEBAYA

RSUD PANGLIMA SEBAYA
"Melayani dengan Ramah, Santun dan Senyum"

Pelayanan Rehabilitasi Medik

Jika Anda pernah menjalani operasi, mengalami cedera berat, atau menderita penyakit yang berdampak permanen, dokter mungkin akan menyarankan rehabilitasi medik. Rehabilitasi medik adalah terapi yang dilakukan untuk memulihkan fungsi tubuh yang bermasalah akibat cedera, operasi, ataupun penyakit tertentu.
Seperti apa proses rehabilitasi ini dan apa saja terapi yang digunakan? Berikut ulasan selengkapnya.

Kondisi yang membutuhkan rehabilitasi medik

Terapi rehabilitasi mencakup setiap kelompok umur, mulai dari bayi baru lahir, anak dan remaja, orang dewasa muda, hingga lanjut usia. Sebagai gambaran, kondisi kesehatan yang paling umum ditangani dengan rehabilitasi ini antara lain sebagai berikut.

  • Penyakit yang menyerang otak, seperti stroke, multiple sclerosis, atau cerebral palsy.
  • Cedera dan trauma, termasuk patah tulang, luka bakar, cedera otak, dan cedera tulang belakang.
  • Nyeri kronis, seperti sakit pinggang dan sakit leher bertahun-tahun.
  • Kelelahan kronis dalam masa pemulihan dari penyakit infeksi, gagal jantung, atau penyakit pernapasan.
  • Lansia dengan keterbatasan gerak.
  • Efek samping pengobatan penyakit tertentu, seperti kanker.
  • Operasi pada tulang atau sendi serta amputasi.
  • Nyeri sendi yang berlangsung menahun.Pada anak-anak, rehabilitasi medik biasanya diperlukan untuk kondisi:
  • Kelainan genetik atau cacat lahir
  • Keterbelakangan mental
  • Penyakit otot dan saraf
  • Gangguan perkembangan atau kelainan sensorik
  • Autisme dan kondisi sejenisnya
  • Terlambat bicara dan gangguan sejenisnya

Selain kondisi yang bersifat medis, terapi rehabilitasi juga dapat dilakukan pada orang sehat yang aktif berolahraga (misalnya atlet atau binaragawan). Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi cedera akibat aktivitas fisik berat.

Jenis terapi dalam rehabilitasi medik

Rehabilitasi medik umumnya melibatkan beberapa terapi sekaligus, tergantung kondisi dan keterbatasan yang dialami pasien. Setiap terapi akan dilakukan bersama tenaga kesehatan yang sesuai.

Berikut jenis terapi yang paling umum dalam proses rehabilitasi:

1. Terapi fisik/fisioterapi

Terapi fisik atau fisioterapi ditujukan bagi pasien yang bermasalah dengan nyeri, kesulitan bergerak, serta belum bisa menjalani kegiatan dengan normal. Terapi ini biasanya dilakukan pada pasien stroke, operasi, ibu bersalin, dan pasien yang memakai alat bantu gerak. Sebelum memulai terapi, dokter terlebih dulu akan menilai postur, keseimbangan, serta aspek lainnya yang berkaitan dengan kemampuan motorik. Beberapa bentuk terapi fisik dalam rehabilitasi medik antara lain:

  • Olahraga dan gerakan peregangan khusus untuk meredakan nyeri, menambah ruang gerak, dan meningkatkan kekuatan.
  • Terapi pijat, ultrasound, atau pemakaian suhu panas dan dingin guna meredakan nyeri otot.
  • Berlatih menggunakan alat bantu seperti tongkat, kruk, walker, dan kursi roda.
  • Terapi untuk mengelola nyeri.
  • Terapi untuk memperkuat sistem peredaran darah.
  • Rehabilitasi untuk membiasakan diri dengan anggota tubuh palsu.
 

2. Terapi okupasi

Ada penyakit dan kondisi tertentu yang membuat pasien tidak bisa melakukan kegiatan sederhana seperti makan, memakai baju, atau menyikat gigi. Terapi okupasi bertujuan untuk membantu pasien yang butuh dampingan dalam menjalani kegiatan tersebut.

Terapi ini fokus mengembalikan gerak motorik halus, fungsi indera, dan kemampuan sejenisnya yang diperlukan pasien untuk hidup secara mandiri. Terapis akan membantu pasien berlatih melakukan kegiatan umum, seperti:

  • Melakukan perawatan diri dari mandi hingga memakai baju.
  • Menulis dan menyalin catatan.
  • Memegang dan mengendalikan alat tulis, gunting, dan lain-lain.
  • Melempar dan menangkap bola.
  • Menanggapi rangsangan panca indera.
  • Menyesuaikan dan menggunakan alat makan.

Terapis terkadang juga menyarankan beberapa perubahan di rumah supaya Anda lebih mudah menjalani kegiatan sehari-hari. Anda mungkin perlu memasang pegangan pada dinding kamar mandi atau mengganti lampu dengan cahaya yang lebih terang.

3. Terapi wicara

Terapi wicara pada rehabilitasi medik dapat menangani berbagai masalah terkait mulut dan bahasa, termasuk kelancaran bicara, bernapas, dan menelan. Masalah ini kerap ditemukan pada anak dengan bibir sumbing, cerebral palsy, dan Down syndrome.

Selain anak-anak, terapi ini juga berguna bagi orang dewasa yang sulit bicara akibat stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau demensia. Tujuannya tak lain agar pasien mampu berkomunikasi, menelan, dan bernapas dengan sebaik mungkin.

Terapi wicara dilakukan dengan latihan berkomunikasi, bersuara, serta melafalkan huruf dan kata. Terapis juga memberikan terapi makan dan menelan dengan melatih lidah, rahang, serta bibir guna memperkuat otot-otot di sekitar mulut dan tenggorokkan.

4. Terapi lainnya

Selain terapi fisik, okupasi, dan wicara, berikut jenis terapi lain yang termasuk dalam rehabilitasi medik:

  • Terapi kognitif untuk mengatasi gangguan ingatan, pemusatan perhatian, serta aspek sejenisnya yang berkaitan dengan kemampuan berpikir.
  • Terapi farmakorehabilitasi dengan memberikan obat-obatan guna memulihkan fungsi fisik atau psikis.
  • Terapi rekreasional untuk meningkatkan kesehatan sosial dan emosional melalui seni, permainan, latihan relaksasi, dan terapi dengan hewan.
  • Terapi vokasional untuk membangun kemampuan yang dibutuhkan pasien ketika bersekolah atau bekerja.
  • Terapi seni atau musik untuk membantu pasien mengungkapkan emosi, meningkatkan kemampuan belajar, dan bersosialisasi.

Rehabilitasi medik adalah serangkaian proses untuk memulihkan fungsi fisik, psikologis, maupun sosial seseorang. Selama rehabilitasi, Anda akan mengikuti rangkaian terapi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dialami.

Masa rehabilitasi tentu memakan waktu yang lama. Meski demikian, seluruh prosesnya akan membantu pasien dalam menjalani kehidupannya seoptimal mungkin.

Â